Book review: Sang Pangeran dan Janissary Terakhir

Judul buku       : Sang Pangeran dan Janissary Terakhir
Penulis             : Salim A. Fillah
Penerbit           : Pro-U Media
Jumlah halaman: 631 halaman
Harga buku      : Rp 140.000,00

Satu kata tentang buku ini? Kompleks! Dari segi konflik hingga ilmu-ilmu maupun hikmah yang ada di dalamnya. Seperti halnya cerita hidup, ada tawa, ada sendu, ada haru, ada pengorbanan, ada perjuangan. 

Kalau pernah nonton drama Korea di era Joseon, dari buku ini kita jadi tahu, dahulu di Keraton Ngayogyakarta juga ada drama-dramanya. Konflik-konflik terkait harta, tahta, wanita, yang mana virusnya tumbuh dan berkembang seiring masuknya pengaruh kolonial di wilayah Keraton. Tidak kalah menarik dengan cerita kerajaan di era Joseon itu.

Membaca buku ini tak hanya membuat kita mengenal lebih dekat kisah perjuangan Sang Pangeran -Sultan Abdul Hamid Diponegoro- bersama para sahabatnya dalam melawan penjajahan. Cakrawala kita akan dibawa berkelana ke Turki Utsmani, sebuah Kesultanan yang pada masa itu sedang diambang keruntuhan. Ternyata keduanya memiliki hubungan sejarah dan sekelumit kisah.
Dari buku ini kita juga jadi sedikit belajar tentang budaya Jawa yang kadang disalahpahami sebagai kesyirikan, seperti tentang keris misalnya. Padahal “syirik itu pertama-tama pemahaman yang keliru, kemudian hati salah meyakini, dan akhirnya salah menyikapi dan memperlakukan” (Bab 27, hal. 509).

Satu nilai yang terasa kuat sekali tertuang dalam buku ini, yakni perjuangan. Tentang bagaimana kita memaknai perjuangan, kekalahan maupun kemenangan. Secara kasat mata mungkin orang menilai bahwa perjuangan Sang Pangeran yang berakhir di pengasingan itu sebagai kekalahan. Mungkin perjuangannya belum bisa mengusir para kolonial dan kroco-kroconya dari Tanah Jawa. Namun seperti yang dikatakan oleh para sejarawan, Perang Diponegoro disebut sebagai pemantik bola salju Kemerdekaan Indonesia. Semangat perjuangan Pangeran Diponegoro dan sahabat-sahabatnya melahirkan pejuang-pejuang baru hingga akhirnya bangsa ini meraih kemerdekaannya, atas berkat rahmat Allah Yang Maha Esa.

Melaui kisah #SangPangeranDanJanissaryTerakhir, ustadz @salimafillah seolah ingin mengingatkan kepada kita tentang misi peradaban. Yakni ‘berjuang membebaskan manusia dari penghambaan kepada sesama makhluk menuju peribadahan kepada Allah semata, membebaskan manusia dari kesempitan dunia menuju luasnya dunia-akhirat’ (Bab 28, hal. 582).

Maka kini saatnya kita kembali belajar dari sejarah para pahlawan bangsa, menghayati perjuangannya, meneladaninya. Hingga kelak tiba masanya bangsa ini menjadi bangsa yang mampu memimpin peradaban, menegakkan keadilan, menumpas kezhaliman, dan menjadi sebaik-baik 'bayangan Allah' di dunia.

Sebuah karya debut ustadz @salimafillah di bidang fiksi sejarah yang terbilang apik, dan tersusun rapi. Pilihan diksi nan puitis, paragraf demi paragraf yang menggambarkan suasana, serta alur maju mundur yang membuat makin penasaran dengan kelanjutan cerita. Riset bertahun-tahun, dari beribu-ribu lembar dokumen, berjilid-jilid buku, hingga sampai berbagai tempat di belahan dunia, menjadikan karya ini sebagai ‘karya mahal’. Bahkan menuliskannya pun perjuangan. Kabarnya buku ini adalah buku pertama dari sebuah tetralogi. Semoga ustadz @salimafillah dan para pembaca dikuatkan dalam perjuangan peradaban ini, melalui bidang pengabdian yang beragam. Buku ini layak dibaca berkali-kali sembari menanti kisah-kisah perjuangan lainnya yang akan ditulis oleh Sang Katib.
#semuabacasangpangeran #sangpangerandanjanissaryterakhir

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The book of Ikigai

-Seeing the struggle of mothers-

Mau dibawa kemana nasib bangsa ini?