-Seeing the struggle of mothers-




Menjadi seorang ibu, seperti apa perjuangannya mungkin tak benar-benar bisa terbayangkan hingga seseorang mengalami prosesnya sendiri. Sebuah proses panjang yang tentunya dimulai sejak seorang perempuan dengan berani memutuskan untuk menikah. Ya, mau menikah berarti harus siap menjadi seorang ibu dong, karena salah satu dari tujuan pernikahan itu sendiri adalah untuk regenerasi keturunan.

Stase kali ini aku belajar mengenal lebih dekat perjuangan seorang ibu, belajar mengenai perubahan berbagai sistem tubuh saat janin mulai tumbuh hingga perubahan sistem tubuh menjelang kelahiran bayi dan perubahan sistem tubuh setelah bayi lahir. Banyak sekali perubahan yang terjadi, dari fisik, psikologis, bahkan sosial. 

“eh ternyata hamil itu ‘so complicated yaaaaa’.” kataku kala itu pada teman sekelompok setelah pre-conference materi laporan pendahuluan pada fase antenatal. Saat trimester pertama, seorang ibu kebanyakan akan mengalami gangguan mual muntah, karena perubahan kadar hormon progesteron dan estrogen yang cenderung naik untuk mempertahankan janin dalam rahimnya. Mual muntah hingga ibu bisa susah makan, bahkan bisa mengalami penurunan berat badan. Trimester kedua relatif aman tidak ada gangguan, sang calon ibu mulai beradaptasi dengan pergerakan janin yang kian hari kian tumbuh dalam rahimnya. Berbagi makanan, berbagi oksigen. Trimester ketiga atau trimester terakhir, bukan berarti perjuangan sudah mendekati akhir. Perjalanan masih sangat panjang. Pada trimester ini ibu semakin susah tidur, semakin sering ke toilet, dan untuk beberapa orang kadang mengalami gangguan sesak napas bahkan edema (bengkak di kaki). *Hmmm tuh kan complicated banget :”

Dan ketika hari yang ditunggu-tunggu itu tiba, hari kelahiran dedek bayi. Hari yang tidak dilalui dengan santai-santai, justru itu adalah hari yang banyak orang bilang “pertaruhan nyawa seorang ibu”. Nampaknya serius sekali, karena memang begitu adanya. Setelah melalui berjam-jam nyeri punggung dan nyeri perut akibat kontraksi rahim, sang calon ibu harus berjuang dengan seluruh tenaga yang ia miliki untuk proses kelahiran. Seperti apa sakitnya? (jangan tanya karena aku juga belum pernah merasakannya :3). Bahkan ketika ibu-ibu yang sudah melahirkan dan kondisinya mulai tenang itu ditanya tentang rasanya melahirkan jawabannya kira-kira seperti ini, “luar biasa mbak,” “hmm tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata mbak” bahkan ada yang jawabannya macam ini, "namanya wanita harus siap berjuang mbak, nanti mbaknya juga merasakan sendiri" dan aku hanya bisa senyum sembari mengaminkan dalam hati.

Perjuangan ibu saat mengejan ternyata sangat menentukan apakah bayi akan lahir dengan cepat, pada beberapa kasus saat kekuatan mengejan kurang hingga bayi tak kunjung lahir dapat mengakibatkan bayi tidak langsung menangis saat lahir. Ternyata kondisi ini termasuk tanda kegawatan, karena salah satu ciri bayi sehat adalah langsung menangis setelah lahir. Perlu penanganan khusus untuk kondisi-kondisi kegawatan.

Perjuangan sang ibu tak berhenti setelah bayi lahir dan menangis, pada beberapa kasus ibu mengalami robekan di jalan lahir sehingga mengharuskan untuk dijahit. *Sudah pernah mengalami penjahitan luka? Hmmm itu rasanya pasti perih sekali. Selama proses penjahitan (hecting) sang ibu harus bersabar menahan rasa sakitnya, dibius sih, tapi tetap saja sang ibu terlihat kesakitan. Ada memang yang terlihat tenang saat lukanya dijahit, tapi ada juga yang sampai menangis karena menahan perih. 

Setelah ini tentu belum usai, bahkan tak akan pernah usai, karena perjuangan seorang ibu itu adalah perjuangan sepanjang hayat. Dari ia mulai mengandung hingga ia tak lagi di dunia. Benar sih lirik lagu yang mengatakan bahwa kasih ibu itu bagai sang surya menyinari dunia. Kasih yang dimulai sejak dunia ini ada dan hanya akan berakhir setelah dunia ini juga berakhir. Kasih dan perjuangan seorang ibu berlaku sejak ia mengandung hingga kehidupannya di dunia berakhir.

 "..karena perjuangan seorang ibu itu adalah perjuangan sepanjang hayat.."

Maka benar saja bila perjuangan seorang ibu tak akan pernah bisa terbalaskan walau dengan bergunung-gunung emas. Dan benar saja bila bakti padanya tiga kali lipat lebih didahulukan dibandingkan bakti pada ayah.  

Melihat perjuangan para calon ibu dari proses kehamilan (antenatal) hingga pasca kelahiran (post partum) menjadikanku malu, malu karena selama ini belum berbakti secara serius pada ibu, malu masih sering membuat ibu jengkel, malu masih sangat merepotkan ibu dengan berbagai urusan remeh temeh kehidupan pribadiku. Malu karena belum bisa membalas perjuangan dan kasih sayang ibu dengan bakti yang terbaik. Meski seberapapun aku mencoba untuk berbakti dengan sebaik-baiknya, bakti itu tak akan bisa membalas perjuangan dan kasih sayang ibu yang telah beliau berikan dari saat mengandungku hingga saat ini. Mama I love youuuuu {}.

seneng gitu lihat ibuk senyum :" tapi pasti senengnya ibuk saat pertama kali lihat kita lahir lebih besar dari senengnya kita.


Perjuangan-perjuangan para ibu itu tentu tak bisa benar-benar kita pahami hingga kita sendiri mengalaminya. Teruntuk para ibu hebat di luar sana, semoga Allah membalas luar biasanya perjuanganmu dengan syurga-Nya. Perjuangan mengandung, melahirkan, dan mendidik yang ianya dimulai sejak dalam kandungan, hingga terlahir dan tumbuh pejuang-pejuang kebaikan dari rahimmu.
 #anerstory #stasematernitas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The book of Ikigai

Mau dibawa kemana nasib bangsa ini?