Perjalanan dan Pilihan

Hidup dan berbagai pilihan, nampaknya tak akan pernah bisa dipisahkan.
Terkadang kita diharuskan untuk memilih, mau A atau B, mau memilih jalan sini atau sana. Persis sekali seperti orang yang sedang dalam perjalanan. Ketika hendak menuju suatu tempat, pilihan-pilihan alternatif perjalanan itu terhampar di depan mata. Dari mau memilih jalur mana, naik apa, hingga pergi bersama siapa (?) 😂. 

Mungkin tak pernah kita sadari, bahwa hidup kita tersusun atas pilihan-pilihan yang kita buat dalam hidup. Tak peduli pilihan itu dilakukan secara suka rela atau secara terpaksa. Pilihan-pilihan itu pula yang mengantarkan kita berkenalan dengan orang-orang yang (pernah) mengisi lembar-lembar kehidupan kita. Tapi tentunya kita tak boleh lupa, pilihan-pilihan itu terjadi atas kehendak Allah, Sang Penggenggam hati. Allah yang membolak-balikkan hati untuk memilih. Allah pula yang mengukuhkan hati atas suatu pilihan. 

Terkadang dalam memilih, hati diuji keteguhannya. Apakah benar ini pilihan terbaik? Disadari atau tidak, pasti di setiap pilihan itu juga terdapat hikmah, pelajaran yang dapat diambil.

Kini lembaran baru itu telah terbuka, 2017. Mengenang 2016 sama saja mengenang pilihan-pilihan yang telah dipilih. Mengenang bukan berarti menghentikan perjalanan. Perjalanan akan terus dimulai, dengan berbagai pilihan yang harus dipilah-pilah. 

Memilih berkuliah di jurusan ini misalnya, membuatku merombak lagi pemahaman akan hidup dan kehidupan. Bahwa hidup ini bukan hanya tentang dirimu sendiri. Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual, seimbang dalam setiap aspek kehidupan, begitulah seharusnya kita. 

Semester delapan, bukan semester yang muda lagi 😂. Hal yang masih terus menjadi renungan, apakah tujuan kuliah ini hanya untuk mencari IP setinggi langit? Tentu tidak. Tapi satu kalimat yang sering teringat, IP memang bukan segala-galanya, tapi ada hal-hal yang berawal dari IP 😂😂😂

Memilih belajar di sini (red; UGM) juga mengantarkanku untuk menemukan sosok 'keluarga' baru di pojokan masjid kampus UGM. Titik awal hijrah, dari masa SMA ke masa kuliah, dari kondisi sangat awam tentang kehidupan seorang muslimah sejati hingga sekarang sosok muslimah yang (masih sering salah, tapi) tetap berusaha memperbaiki diri dan meningkatkan kapasitas diri #fiuh. 

Berawal dari kampus ini pula aku mengenal saudara-saudari (semoga) sampai surga Nasri 7 dan RK. Lingkungan yang bahkan dahulu aku belum mengenalnya, apalagi berangan-angan untuk berada di dalamnya.

Nampaknya banyak hal yang terjadi berawal dari memilih berkuliah di sini, wah padahal masih 2 tahunan ini menuntut ilmu di sini, apakah lagi kelak yang akan terjadi (?) 😂😂😂

Tak bisa dipungkiri, mendapatkan kesempatan mengunjungi sebuah negara yang bahkan tak pernah terpikirkan untuk ku kunjungi (ya soalnya yang sering kepikiran buat dikunjungi itu negeri Sakura #hiks), Thailand, juga berawal dari pilihan berkuliah di sini (red: UGM). Bertemu dan berkenalan dengan saudari-saudari muslim di negara mayoritas non muslim, membuatku merenungi lagi makna ayat 
"Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh, yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Mahateliti."-Al Hujurat:13.

Yaaa, meskipun bahasa yang menyambungkan kami adalah bahasa Inggris kami yang pas-pasan, tapi ketika sholat berjamaah dengan mudah kami dapat bersatu padu. Salam kami pun sama, "assalamu'alaykum". Rasanya begitu membahagiakan bertemu perempuan yang sama-sama memakai hijab, saling tersenyum dan saling berucap "assalamu'alaykum". Meski kami berbeda bangsa dan berbeda bahasa, tapi Islam menyatukan hati kami. Tak ubahnya seperti saudara yang telah lama tak jumpa. 

one of my best memories with exchange friends and four Thailand's students
"Meski kami berbeda bangsa dan berbeda bahasa, tapi Islam menyatukan hati kami. Tak ubahnya seperti saudara yang telah lama tak jumpa. "

Dan berawal dari perjalanan jauh ke negeri gajah putih itu, aku mulai merenungkan "Do you really want to be a nurse?". Ya, itu adalah sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh sahabat Thailand-ku di forum perkenalan pagi itu di kelas. Sebuah pertanyaan yang masih gamang hingga sekarang.

Perjalanan dan pilihan, hal yang saling terkait. Berawal dari sebuah pilihan, perjalanan panjang dimulai. Tapi dalam perjalanan itu bahkan pilihan-pilihan selalu datang menghampiri. Tak lain adalah untuk memberi warna pada perjalanan agar lebih mengasyikkan.

Akan seperti apa 2017-ku? Akankah seindah 2016? Akankah lebih baik dari 2016? 

Itu pilihanmu! Inginkan yang terbaik? Maka pilihlah yang baik-baik dengan cara yang baik. #selamatmemilih #selamatmenempuhperjalanan.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

The book of Ikigai

Mau dibawa kemana nasib bangsa ini?

-Seeing the struggle of mothers-