PULANG


Pulang. Kata yang mungkin dirindukan oleh sebagian orang, tapi bisa jadi adalah kata yang paling dihindari oleh sebagian yang lain. Pulang ke mana? Dalam konteks yang lebih singkat. Pulang berarti kembali ke kampung halaman, tempat di mana seseorang dilahirkan. Atau hanya sekedar pulang ke tempat singgah sementara. Kosan? Kontrakan? Asrama? 

Pulang. Membawa kekecewaan atau kebahagiaan? Membawa kisah sedih atau kisah bahagia? Itu pilihan.

"Pulanglah, jenguklah orang tua ketika keduanya masih ada"

Apa yang kau bawa dari perantauan? Cerita apa yang kau persembahkan untuk mereka yang menunggumu. Mungkin kau tak tau, setiap pagi mereka melongok kamar kecilmu berharap engkau sedang berbaring di sana. Mungkin engkau tak tau, setiap sore mereka melirik pintu gerbang berharap melihat kedatanganmu seorang. Ah, mungkin saja itu terjadi. 

Hari-harimu di perantauan terlihat sibuk. Ke sana kemari mempersiapkan berbagai agenda dakwah. Engkau aktivis katanya. Bahkan teman temanmu menjulukimu ahli syuro. Ya, mungkin karena saking aktifnya dirimu. Tapi mungkin engkau lupa untuk mengingat mereka dalam setiap doa doamu. Engkau terlalu terfokus pada kesibukanmu hingga mungkin terlupa apa tujuan awalmu di sana. Ya bisa jadi.

Dalam konteks yang begitu singkat engkau pulang, keharibaan tanah kelahiran. Membawa oleh-oleh duka atau bahagia, itu pilihanmu. Kehidupan pun seperti itu. Ibarat seorang pemuda yang merantau mencari bekal dan pengalaman. Hidup hanya sesingkat perantauan itu. Kelak setiap jiwa akan kembali kepada pemiliknya. Pulang.

Ada yang pernah bilang, bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan untuk mempersiapkan bekal pulang. Pulang kepada Dia yang telah menciptakan. Pulang dan tak akan kembali. 

Merantaulah, carilah bekal untuk engkau bawa 'pulang'. Rangkailah sebaik-baik cerita untuk kelak kau ceritakan ketika pulang. 

~Menjalani hidup ibarat seorang perantau. Mencari bekal terbaik, merangkai cerita terbaik untuk kelak diceritakan ketika pulang. ~

Selamat berjuang di perantauan!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

The book of Ikigai

Mau dibawa kemana nasib bangsa ini?

-Seeing the struggle of mothers-