Bertemu Kematian
Hari ini mendapatkan kabar
mengejutkan dari salah satu adek shalihah saat di JS dulu, Rohmatul Ummah.
Sekian lama tak bertukar kabar maupun melihat postingannya di social media,
sore tadi mendapat kabar kalau Ummah kecelakaan, nampaknya agak serius. Baru
beberapa menit kabar itu dishare, saat jari bahkan masih proses mengetik,
tetiba ada kabar terbaru kalau Ummah telah berpulang. Kecelakaan itu ternyata
sudah terjadi seminggu yang lalu, kabarnya terlambat. Hingga kabar kematian itu
tiba. Speechless. Tak pernah
menyangka. Ya, dan memang begitulah hakikatnya kematian, ia datang tiba-tiba,
tak diduga. Tapi sesungguhnya takdirnya sudah tertulis bahkan sejak kita berada
dalam kandungan ibunda.
Ummah sering sekali berbagi ilmu
dari kajian Ustadz Nuzul Dzikri. Bahkan aku salut, dia bela-belain ke Jakarta
meluangkan waktu, biaya, dan dirinya untuk hadir kajian. Half Deen series. Di
mataku, Ummah adalah salah seorang singlelillah yang mempersiapkan
pernikahan dengan ilmu, terlihat dari postingan-nya di Instagram. Namun
ternyata takdir yang Allah tetapkan adalah ia bertemu kematian terlebih dahulu
sebelum bertemu jodohnya di dunia. Ya Rabb :"
Anak JS (Jama’ah Shalahuddin UGM)
itu berbagai macam style-nya. Ada yang saat di JS dulu berpakaian
"syar'I" gamis, kerudung menutup dada, bahkan bercadar. Beberapa
istiqamah dengan pilihan cara berpakaiannya, tapi ada pula beberapa yang
memilih jalan berbeda. Tentu kalimat ini bukan untuk men-judge atau
menilai seseorang dari tampilan luarnya. Hubungan masing-masing dengan Allah
hanya dirinya dan Allah yang tahu. Tapi menurutku, Ummah adalah salah satu
muslimah yang istiqomah dengan prinsip hidup dan cara hidupnya sejak dulu di JS
hingga kini pascakampus.
Banyak yang bilang bahwa
pascakampus itu benar-benar ujian kehidupan bagi para 'alumnus kampus'. Ketika
dulu di kampus hidup di lingkungan yang serba ideal plus idealis, kehidupan
pascakampus menghadapkan seseorang dengan realita dan keadaaan yang jauh dari
idealita, penuh tantangan lah ya.
Tentu manusia tak luput terhadap
kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu kami mendo'akanmu Ummah, semoga Allah
terima segala amal baik dan Allah ampunkan segala kesalahan. Sungguh ini adalah
hari terbaik, Jumu'ah mubarakah. Semoga Allah jadikan husnul khatimah sebagai
penutupnya.
Air mata itu menetes, pertama
untuk melepas kepergiannya, seorang sahabat nan shalihah yang sering
mengingatkan kepada Allah, tentang kuasa Allah. Selanjutnya air mata itu lebih
banyak menetes untuk meratapi diri sendiri, betapa banyaknya dosa, betapa
banyaknya kekhilafan, betapa masih sedikitnya bekal, betapa tinggal sedikitnya
waktu tersisa, mau sampai kapan terlena dengan dunia? :"
Se-ba'da terucap do'a “Allahummaghfirlahaa
warhamhaa waáfihaa wa'fuánhaa”, semoga menjadi pengingat untuk lebih menjiwai
kalimat “Astaghfirullaahal'adzim, astaghfirullaah wa atubu ilaiih..”
Terima kasih atas segala
pengingatnya Um, bahkan setelah kepergianmu :"
#25Mei2023 Sebuah pengingat bagi diri yang sepekan lalu baru saja bertambah usia. Sungguh Rin, telah berkurang pula sisa waktumu. Sudahkah cukup bekal? Sudahkah jadi hamba yang Allah ridhai? Atau kah masih saja terlena oleh dunia, terdistraksi oleh modernisasi?
Komentar
Posting Komentar