Postingan

Bertemu Kematian

Hari ini mendapatkan kabar mengejutkan dari salah satu adek shalihah saat di JS dulu, Rohmatul Ummah. Sekian lama tak bertukar kabar maupun melihat postingannya di social media, sore tadi mendapat kabar kalau Ummah kecelakaan, nampaknya agak serius. Baru beberapa menit kabar itu di share , saat jari bahkan masih proses mengetik, tetiba ada kabar terbaru kalau Ummah telah berpulang. Kecelakaan itu ternyata sudah terjadi seminggu yang lalu, kabarnya terlambat. Hingga kabar kematian itu tiba. Speechless.  Tak pernah menyangka. Ya, dan memang begitulah hakikatnya kematian, ia datang tiba-tiba, tak diduga. Tapi sesungguhnya takdirnya sudah tertulis bahkan sejak kita berada dalam kandungan ibunda.   Ummah sering sekali berbagi ilmu dari kajian Ustadz Nuzul Dzikri. Bahkan aku salut, dia bela-belain ke Jakarta meluangkan waktu, biaya, dan dirinya untuk hadir kajian. Half Deen series. Di mataku, Ummah adalah salah seorang singlelillah yang mempersiapkan pernikahan dengan ilmu, terlihat da

The book of Ikigai

Gambar
Kalau dengar kata Jepang, maka yang terbayang adalah kedisiplinan orang-orangnya, keteraturan negaranya. Belum pernah lihat ke negaranya langsung sih, baru katanya, hehe. ( doakan lah moga moga dikasih rejeki buat ke sana, someday hehe ). ⁣ Setidaknya begitu juga yang aku dapat saat berkesempatan mengenal beberapa orang dari negeri matahari terbit itu, hal-hal positif seperti etos kerja tinggi, ketepatan waktu, dan sikap yang sangat menghargai orang lain.⁣ Udah pernah denger ikigai? Ikigai ini adalah filosofi hidup bangsa Jepang. Hal-hal yang mendorong untuk gigih berjuang. ⁣ Buku itu menyebutkan bahwa ikigai adalah " alasan hidup ".⁣ Kalau direnungkan, sebagai seorang muslim yang memahami betul hakikat penciptaannya, ia nggak perlu bingung atau galau dengan hal ini. Karena ia paham bahwa hakikat penciptaannya adalah sebagai hamba (yang tugasnya beribadah pada Allah) dan sebagai khalifah di bumi. Dua hal mendasar yang dalam praktiknya bisa berbeda-beda tergantung kecenderunga

Get Me Closer | Memaknai Kata "Insyaa Allaah"

 a khutbah by ustadz Nouman Ali Khan   ﴿٢٣﴾ وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا     ﴿٢٤﴾ إِلَّا أَن يَشَاء اللَّهُ وَاذْكُر رَّبَّكَ إِذَا نَسِيتَ وَقُلْ عَسَى أَن يَهْدِيَنِ رَبِّي لِأَقْرَبَ مِنْ هَذَا رَشَدًا            Allah ‘azza wajalla   mengungkapkan dalam surah Al Kahf, setelah mengajari Rasulullah cerita tentang pemuda Al Kahfi. Allah berfirman,  ﴿٢٣﴾ وَلَا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا "Jangan pernah engkau berani mengatakan jika aku pasti akan melakukan sesuatu (apapun itu) besok" . Dari pernyataan ini yang menghubungkan dengan cerita ashabul kahfi secara langsung yakni ada anak-anak muda yang tidak tahu bahwa hari ‘esok mereka’ akan jadi bergenerasi-generasi selanjutnya. Orang-orang datang dan pergi, generasi datang dan pergi, orang tua mereka datang dan pergi, generasi baru datang dan pergi, jadi tua kemudian mati, dan mereka masih tinggal di gua. Bagi Pemuda Al Kahfi, ketika mereka bangun dari tidur dan Allah memban

"Maktuuub!"

Kata ini ternyata tak hanya bumbu dalam sebuah cerita karya ust Salim A Fillah #SangPangeranDanJanissaryTerakhir. Lebih dari itu. Jika dimaknai lebih dalam, diucapkan dengan tulus, bukankah ia terasa seperti obat? Bukan obat yang pahit itu, tapi obat bagi hati, menenangkan. Bisa jadi self healing kalau bahasa kekiniannya.

Book review: Sang Pangeran dan Janissary Terakhir

Gambar
Judul buku        : Sang Pangeran dan Janissary Terakhir Penulis              : Salim A. Fillah Penerbit            : Pro-U Media Jumlah halaman: 631 halaman Harga buku       : Rp 140.000,00 Satu kata tentang buku ini? Kompleks! Dari segi konflik hingga ilmu-ilmu maupun hikmah yang ada di dalamnya. Seperti halnya cerita hidup, ada tawa, ada sendu, ada haru, ada pengorbanan, ada perjuangan.  Kalau pernah nonton drama Korea di era Joseon, dari buku ini kita jadi tahu, dahulu di Keraton Ngayogyakarta juga ada drama-dramanya. Konflik-konflik terkait harta, tahta, wanita, yang mana virusnya tumbuh dan berkembang seiring masuknya pengaruh kolonial di wilayah Keraton. Tidak kalah menarik dengan cerita kerajaan di era Joseon itu.

Sebuah catatan di Ngaji Akbar Masjid Jogokariyan

Gambar
Hari itu aku berangkat dari rumah dengan membawa kegundahan di hati. Gundah gundala #eh gulana, karena apa, pun tak jelas sebabnya. Mungkin salah satunya karena belum jelas siapa yang akan menemani hadir ke Jogokariyan. Bukan apa-apa, karena acara puncaknya sudah hampir bisa dipastikan berlangsung pada malam hari. Sedangkan aku sebenarnya sangat tidak suka pergi sendirian di malam hari. Mencoba mengajak beberapa teman bergabung, ada yang ingin hadir tapi tidak bisa karena kerja, ada yang urung hadir karena sudah pasti di sana akan ramai sekali (iya sih), ada pula yang enggan karena “Jogokariyan jauh banget”. It’s okay. I’m trying to cheer up myself. Allah will show me the way!

-Seeing the struggle of mothers-

Gambar
Menjadi seorang ibu, seperti apa perjuangannya mungkin tak benar-benar bisa terbayangkan hingga seseorang mengalami prosesnya sendiri. Sebuah proses panjang yang tentunya dimulai sejak seorang perempuan dengan berani memutuskan untuk menikah. Ya, mau menikah berarti harus siap menjadi seorang ibu dong, karena salah satu dari tujuan pernikahan itu sendiri adalah untuk regenerasi keturunan.